Selasa, Agustus 31, 2004

"time and cash"

Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di
Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah
menunggu cukup lama.


Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor
pagi hari.

Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku
nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan
dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan
minggu libur, kadang
sabtu Ayah masih lembur. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara
ayahnya melepas
sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk
berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya. "Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk
10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,"perintah Rudi.
Tetapi Imron tak beranjak.

Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Ayah,
aku boleh pinjam uang Rp.5.000,- nggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini?
Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah. "Tapi, Ayah..."Kesabaran Rudi habis ."Ayah bilang
tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju
kamarnya.

Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di
kamar tidurnya.

Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak
pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron.Buat apa sih minta uang malam-m alam begini? Kalau mau beli mainan, besok'kan bisa.

Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."

"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah
menabung
lagi dari uang jajan selama minggu ini. "Iya,iya, tapi buat apa?" tanya
Rudi lembut.

"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga
puluh menit
saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau
beli waktu
Ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam
Ayah
dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku
kurang
Rp 5.000,- . Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat
dengan perasaan
haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama
ini, tidak cukup
untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.

Tidak ada komentar:

Popular Posts

Download

About

Sebagai kumpulan rekaman dari isi kepala saya yang ingin saya bagikan pada kawan, sahabat, calon kawan, calon sahabat,... bahkan lawan yang sedang mengintili bila mungkin ada. Silakan,...

Halaman

Banner Ad