Kamis, Oktober 16, 2014

DRAMA DIMULAI DI HARI PERTAMA



Drama hari ini dimulai dari keberangkatan di bandara Adi Sutjipto Jogjakarta. Kami datang awal, masalah-masalah kecil seperti barang tertinggal dan disusulkan awalnya bisa teratasi, namun kemudian ... ketika kami menunggu keberangkatan kami lapar, bayangan terbang 7 jam lamanya membuat kami memutuskan untuk makan malam dengan nasi dan ayam goreng yang mereka claim paling renyah produknya.

Satu penumpang mendapat jatah free baggage 15kg, dan kami kelebihan 27kg. Permasalahannya terletak pada kami sebagai customer yang tak bisa mengukur harga overweight dari perjalanan yang akan kami lakukan terlebih dahulu. Beda dengan perusahaan paket yang sudah bisa menentukan rute A ke B per kilogram nya kena biaya sekian rupiah. Tapi ini kan bukan perusahaan paket? Ini perusahaan penerbangan yang lebih rumit dan detail... Tapi membuat sistim yang memudahkan customer itu perlu juga sih...

Anda sebagai penumpang, ingin tahu ngga biaya overweight yang harus dibayarkan pada perjalanan yang akan dilakukan? ... Anda tahu bahwa ini overweight, tapi biayanya berapa per kilogram? ... Tunggu pada saat check in.

Overweight puluhan kilogram sudah kami bereskan dalam waktu puluhan menit disaat check in, charge harga dua juta limaratus sekian ribu pun sudah kami bereskan. Kami cukup surprised dengan harga itu, dalam catatan pengalaman saya, kali inilah overweight terberat.





Terang saja ini overweight terberat, alat pendukung produksi saya mayoritas terbuat dari besi, bahan yang tentu tidak ringan dan ini hanya dua tiket. 
Kami sudah lega pada awalnya, sehingga saat kami makan nasi dan ayam goreng yang dipungut biaya tidak rendah (untuk jenis makanan sesederhana itu), kami mengabaikannya. Pengumuman keterlambatan pesawat kerap terdengar di telinga kami melalui speaker bandara yang tak terlalu jelas artikulasinya, partner saya meyakinkan bahwa pesawat kami bakal terlambat juga, dan saya mengamininya. Apalagi tiket kami menggunakan sebuah maskapai yang terkenal dengan hal semacam itu.

Dan kemudian tibalah masa keberangkatan kami, istri saya yang menemani makan malam singkat itu mengingatkan bahwa nama kami dipanggil untuk tujuan Jogja - Wamena, sontak saya berlari melihat monitor yang tergantung didekat pintu masuk keberangkatan, karena kami makan diluar ruang tunggu. LAST CALL untuk penerbangan JT555 ... sigap saya ambil handphone dan saya telpon partner saya yang sedang mengambil uang cash di ATM. Cukup lama masa yang terpakai hingga kami mencapai mulut pintu boarding setelah melewati antrian pembayaran Airport Tax. Dan pesawat sudah bersiap take off.

Mulut kami menganga, kepala menjadi berat dan fokus menipis. Segera saya tanyakan keberadaan barang kami yang terbilang tidak ringan, keadaannya aman dan sudah diturunkan kata petugas. Sedikit lega. 


Late boarding 18.56 ... di tiket kami pesawat berangkat 18.50 ... harga enam menit yang menggigit.




Partnerku segera mencari solusi mendapatkan penerbangan malam itu juga namun nihil, aku mencari pilihan melihat penerbangan berikutnya di hari esok melalui aplikasi di hp. Harga tiket yang menguras kocek membuat kami berpikir tiga kali lipat... Hal yang tidak mudah ketika kita sedang bokek dan mengeluarkan tujuh digit angka dari lembar rupiah untuk membayar kesalahan kami. Berarti tadi adalah makan malam termahal dalam hidupku... Nasi ayam berteman hiruk pikuk yang harus dibayar dengan tiga setengah juta. Kami menelepon kantor pada akhirnya.

Perasaan malu disertai kekerdilan menghampiri benakku, betapa amatir aku disini. Tidak terlambat check in, namun terlambat boarding hanya karena makan. Hanya karena urusan perut yang seharusnya bisa ditahan. Efek panjang dari keterlambatan ini sudah terbayang, dan benar... dari kantor menyerahkan segala kebijakan pada kami, dan memang itu seharusnya yang terjadi. Ini kesalahan kami, bukan mereka. Kami menyamaratakan keterlambatan jadwal pesawat lain dengan jadwal kami. 

Akhirnya kami rescedule tiket dan membayar kesalahan itu,... uang makan kami gunakan untuk membeli tiket...entah nanti di tujuan mau bagaimana. 

Drama sudah terjadi di awal keberangkatan,....mudah-mudahan ini pertanda baik untuk kelanjutannya karena kami sudah membayar kesialan kami di awal. 

Aku mengetik ini dari rumah, dengan perasaan dongkol dan mulai menentukan sikap, bahwa aku tidak bisa bergantung pada orang lain... LEAD YOUR SELF 


2 komentar:

Mario Pratama mengatakan...

maafkan sayaaaaa

Unknown mengatakan...

sudah lewat broo,... kitajadikanpelajaran saja :D ...

Popular Posts

Download

About

Sebagai kumpulan rekaman dari isi kepala saya yang ingin saya bagikan pada kawan, sahabat, calon kawan, calon sahabat,... bahkan lawan yang sedang mengintili bila mungkin ada. Silakan,...

Halaman

Banner Ad