Hal yang aku rasakan cukup menyentuh adalah melakukan sholat bersama para Abdi Dalem, dengan pakaian Jawa yang melekat pada tubuh kami ( aku juga mengenakan pakaian Jawa Peranakan ) ... dengan Blangkon dikepala kami, bukan surban... dengan jarik bermotif batik Jogja, bukan longdress putih... kami melakukan sholat bersama di Masjid yang tak terlalu megah secara arsitektural, namun berasa dingin dan damai jika masuk didalamnya.
Bacaan sholat kami sama dengan umat muslim lainnya, gerakan sholat kami juga sama, mungkin yang membedakan adalah outfit kami. Tuhan sungguh paham bahwa outfit adalah hak kami, justru itu menjadi sebuah identitas keberagaman yang Tuhan ( kami menyebutNya ALLAH ) ... keberagaman yang Allah ciptakan, apa jadinya jika Tuhan menciptakan keberagaman, malah manusia yang menseragamkan ciptaan itu? ... lha wong Tuhan itu Maha kreatif je? ... masa ngga disyukuri nikmat itu? ...
Kemampuan berfikir manusia memang berbeda, itu dipengaruhi oleh pengalaman dan pendidikan. Pendidikan tak harus formal, karena kita bisa belajar dari alam, seperti apa yang leluhur kita lakukan.
Peng alam an, belajar dari itulah kita seharusnya.
Satu lagi,... budaya kita lahir jauh lebih dulu sebelum agama itu masuk dan mempengaruhi, kain sarung bukanlah ciri orang Islam, kenduri juga bukanlah ciri orang Islam. Justru Islam melebur kedalam budaya kita seharusnya, bukan darimana lokasi asal Islam itu yang melebur kedalam budaya kita. Akhirnya kembali pada masalah kemampuan berpikir manusia yang memang beda,... ada yang mau berpikir karena pengalaman dan pendidikan, ada yang terlalu sayang menggunakan organ tubuh pemberian Tuhan untuk berpikir.
Kenali lagi leluhur kita, pelajari bagaimana mereka belajar, bagaimana mereka mendamaikan budaya dan agama,... Rahayu.
[o]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar