Kamis, April 02, 2015

Sesampainya di Jailolo

Tadi sepanjang perjalanan selama 3,5 jam kuisi dengan menonton film Merry Riana di tv yang menempel di bangku pesawat. Lumayan karena aku baru sempat nonton sekarang ini....film pertama tuntas lanjut ke film kedua. Disinilah bulu mataku terasa berat, aku tak sanggup meneruskan cerita film Sokolah Rimba. Kenapa aku pilih kedua film itu? Simple, aku suka pemeran utama di filmnya,... ga mau pusing dg cerita karena sudah terbaca.

Sampailah di Ternate, tepat dugaanku, mata terpapar kecerahan sinar matahari. Bagai zombie aku turun dari pesawat udara. Perjalanan istirahat ngopi sejenak dan menikmati jajanan lokal enting-enting kenari yang rasanya aduhai. Lalu lanjut ke dermaga dan meneruskan perjalanan selama 45 menitan ke Jailolo. Selama perjalanan aku diceritakan tentang kejayaan kerajaan Ternate oleh pak Imam, namun tak kurekam karena suara bising kendaraan. Aku minta cerita ulang nanti malam.

Tiba di Jailolo kami disambut ramah oleh sopir yang rambutnya dikuncir seimprit, aku lupa namanya. Kami diajak mampir ke teman lama mba Dyah yang memproduksi sambal Roa yang nikmatnya luar biasa, aku lupa nama ibu tadi. Kami menikmati sajian pisang goreng teh hangat dan sambal roa di bangunan pinggir pantai yang jika kita menoleh ke kanan kita melihat gunung.
Dalam hati aku bersyukur pada sang maha, terimakasih atas rejekinya ya?

Kami makan siang dengan santai tak perlu buru-buru, siang bisa menunggu. Menu masakan tradisional yang halal masuk ke perutku,...lidah terus bergoyang dan gigi geraham mengunyah tenang, setenang ombak siang tadi.

Perjalanan dilanjut ke departemen pariwisata yang pegawainya hampir pulang semua, masih belum pukul dua.
Lalu ke kantor dewan, disinilah aku memilih nongkrong dibawah pohon daripada ikut masuk dan bengong.

Kemudian perjalanan diteruskan ke sebuah penginapan yang kosong, agak naik ke bukit, kurang terawat. Tapi tak apa, kami bisa hidup apa adanya.
Sambil menunggu sore kami menonton video festival Jailolo 2012 yang lalu, mataku berat, ngantuk...tapi kutahan hingga video selesai. Oiya, tadi di perjalanan sempat beli kacamata alakadarnya seharga 60,000 rupiah, hasil menawar dari harga 65,000 rupiah. Sayangnya kaca berwarna coklat sehingga kurang memberi efek membantu menutup iris bola mata di siang ini.

Sekarang, aku mengetik cerita ini di hp sambil tiduran dan kondisi sudah mandi. Sedang menunggu jadwal berikutnya, entah apa dan bagaimana.

Tidak ada komentar:

Popular Posts

Download

About

Sebagai kumpulan rekaman dari isi kepala saya yang ingin saya bagikan pada kawan, sahabat, calon kawan, calon sahabat,... bahkan lawan yang sedang mengintili bila mungkin ada. Silakan,...

Halaman

Banner Ad